Rabu, 15 September 2021

RINGKASAN MATERI BAB 2 SAPTA TIMIRA (PERTEMUAN 2)

 

1.      Surupa

Surupa adalah kemabukan (kegelapan pikiran) karena wajah cantik atau rupa yang tampan.  Kecantikan atau ketampanan yang merupakan anugrah dari Tuhan, Kegantengan atau kecantikan seseorang kadang kala menyebabkan yang bersangkutan menjadi angkuh, sombong dan tinggi hati. Semestinya kegantengan atau kecantikan wajah dibarengi dengan perilaku yang baik, budi yang luhur. Orang yang ganteng atau cantik, hendaknya dapat mengendalikan diri dengan membuang jauh-jauh sikap dan perilaku yang tidak baik disertai dengan keluhuran budi, bila tidak demikian tidak ada nilainya karena semuanya itu tidaklah kekal. Hendaknya surupa ini tidak dibiarkan menjadi penyebab dari kehancuran.

Perjalanan mahkluk lahir – hidup – mati :


    Tidak dipernolehkan mabuk rupa yang menjadikan manusia sombong, angkuh, lupa diri bahkan karena rupa digunakan untuk mengoda laki-laku hidung belang seperti yang banyak dilakukan oleh wanita tuna susila mengoda laki-laki dan menjual tubuhnya. Contoh yang dapat dijadikan teladan seperti dewi sita istri rama walaupun telah diculik oleh rahwana tetapi dewi sita tetap mempertahankan kesucianya walaupun sering sekali digoda rahwana di taman alengka, dewi sita tidak hanya cantik rupanya tetapi dia juga cantik hatinya.

Upaya menghindari agar tidak mabuk rupa:

-        Mensyukuri anugrah Tuhan

-   Selalu menyadari bahwa kecantikan tidak kekal (bila sudah tua badan akan keriput, bungkuk danrenta)

-          Selalu mengingat bahwa yang selalu dihargai orang lain adalah kebaikan budi pekerti luhur.

 

2.      Dhana

Dhana adalah kemabukan (kegelapan pikiran) karena banyak mempunyai harta benda atau kekayaan. Kekayaan dapat berwujud rumah, barang-barang, emas, motor, tanah, TV, uang, dll. Harta dapat mewujudkan tujuan hidup “Moksartham jagadhita ya ca iti dharma” (kesejahteraan jasmani dan rohani) harta merupakan sarana hidup untuk mencapai Moksa dan tujuan hidup bukan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya

Kekayaan itu besar gunanya, namun besar juga godaannya, karena pengaruh kekayaan orang sering menjadi lupa diri dan mabuk dana, ciri-ciri orang mabuk dana yaitu sering mengunakan harta untuk kepentingan sendiri, tidak pernah memberi sedekah (berdana punia), menepuk dada, angkuh, sombong dan sering tidak mau menolong orang lain, menghina orang lain, mengumbar hawa nafsu dan lupa diri.

Upaya pengunaan harta benda yang baik agar kita terhindar dari mabuk dana:


karena itu pergunakanlah kekayaan itu untuk kepentingan yang sesuai dengan dharma, perilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama. Karena itu orang yang memiliki banyak harta benda seyogyanya dapat menjaga diri, tidak menepuk dada atau tidak sombong dengan harta bendanya.


3.      Guna

Guna adalah kemabukan (kegelapan pikiran) karena mempunyai kepintaran atau kepandaian. Orang yang pandai juga kadang lupa diri, menganggap orang lain tidak tahu apa-apa. Orang seperti ini cenderung angkuh dan kurang disukai oleh masyarakat selain itu kepandaian dapat membahayakan menimbulkan kegelapan pikiran untuk melakukan perbuatan yang terlarang seperti; menipu, memfitnah, memperalat orang, mengadu domba dan sebagainya. Oleh karena kepandaian semestinya dibarengi dengan perbuatan yang baik, budi pekerti yang luhur. Kepintaran semestinya diamalkan dan dipergunakan untuk maksud tujuan baik, sehingga dapat membantu masyarakat yang kurang mempunyai pengetahuan sehingga dapat meringankan seseorang dalam menempuh segala macam suka dan duka kehidupan di dunia ini, karena itu usahakanlah agar kepandaian yang dimiliki betul-betul merupakan pelita hati yang menerangi kegelapan pikiran.

4.      Yowana

Yohana adalah kemabukan (kegelapan pikiran) karena masa remaja atau masa muda. Yowana ini dapat menimbulkan kegelapan pikiran karena itu pergunakanlah masa muda ini dengan sebaik-baiknya jangan disia-siakan. Anak muda remaja karena kurang pendidikan dan pengalaman, sering kali lebih menyukai kebebasan dan hura-hura, sering kali sok jagoan dan suka berkelahi. Masa-masa ini penuh dengan kegairahan hidup, kesempatan untuk berbuat banyak terhadap apa yang sangat diharapkan dan masa yang baik untuk mengembangkan diri menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bagi nusa dan bangsa serta agama oleh karena itu sebaikanya semasa masih remaja, anak-anak itu diberi pendidikan agama yang memadai, diberi pelajaran mengenai etika, bagaimana harus berperilaku di dalam masyarakat, sebagaimana harus membawa diri dan lain-lain.

5.      Kulina

Kulina yang artinya keturunan, dari keturunan seseorang mengetahui leluhurnya yang harus dihormatinya. Janganlah sampai takabur, sombong, angkuh dan menghina orang, apalagi menganggap orang lain rendah dan bodoh jika memiliki keturunan yang terhormat dan terpandang.


6.      Sura

Sura adalah kemabukan (kegelapan pikiran) karena minuman keras. Minuman keras merupakan musuh yang sangat buruk. minuman keras bila diminum melebihi dari keperluan tubuh dapat menyebabkan mabuk, sehingga dapat merusak syaraf dan pikiranpun menjadi tidak waras sehingga dapat menimbulkan keonaran, perkelahian, lupa diri dan berbuat yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Karena itu manusia beragama sebaiknya waspada dan menjauhi minuman keras.

Minuman keras tergolong kedalam jenis makanan "rajas guna" atau sifat nafsu. Bagi orang yang telah mantap dalam kedudukan spiritual, minuman keras tersebut tidaklah cocok bagi dirinya. Minuman keras betapapun kecil pengaruhnya, tetap memberi kemungkinan untuk menyeret seseorang kedalam jaringan "mata rantai kejahatan" inilah yang menjadi alasan orang-orang suci untuk menolak minuman keras. Minuman keras dapat dianalogikan dengan wanita cantik. Seorang maha Pandita yang melihat wanita cantik itu akan menganggap sebagai mayat berjalan. Sedangkan bagi lelaki yang nafsunya besar akan menganggap wanita cantik itu sebagai obyek pemuas nafsu. Sementara seekor anjing akan melihat dagingnya yang lezat, Seperti itu pula kedudukan minuman keras, bagaikan wanita cantik, tinggal kita menentukan sikap, mau memilih peran yang mana, sebagai pendeta, lelaki yang bernafsu atau hanya menjadi seekor anjing. Untuk itu disarankan waspadalah dan hindarilah serta jauhilah minuman-minuman keras supaya terhindar dari segala kegelapan pikiran

Kita sering mendengar, membaca, bahkan menyaksikan baik melalui media massa, cetak maupun elektronik, khususnya televisi ditayangkan sebuah atraksi bulldozer yang sedang memusnahkan ribuan bahkan jutaan botol minuman keras yang dipelopori oleh Polri bersama pihak terkait lainnya. Sehingga menimbulkan berbagai tanggapan-tanggapan dari berbagai kalangan khusnya dari kalangan Agama sangat bangga akan sikap tegar Polri untuk memberantas peredaran minuman keras sampai keakar-akarnya. Karena minuman keras dapat mengancam eksistensi bangsa kita, yang dalam jangka pendek dapat menggoyahkan stabilitas keamanan dan dalam jangka panjang dapat mengancam masa depan bangsa.


7.      Kasuran

Kasuran adalah kemabukan (kegelapan pikiran) karena merasa mempunyai keberanian. Setiap orang perlu memiliki keberanian. Tanpa adanya keberanian  orang akan merasa menderita. Hidup ini adalah suatu perjuangan, oleh karena itu keberanian itu sangat diperlukan. Keberanian di sini dipergunakan untuk dapat mengatasi liku-liku kehidupan seperti: keberanian dalam mengatasi penderitaan, beranian membela dan mempertahankan kebenaran dan lain sebagainya. Hendaknya keberanian itu selalu dilandasi oleh dharma. Orang tidak layak mabuk karena keberanian, sebab keberanian hanya karena berani saja tanpa dilandasi adanya kebenaran adalah keliru dan dipandang salah. Keberanian adalah untuk membela yang benar sesuai dengan ucapan “Satyam Ewam Jayate Nartam’ artinya, kebenaran adalah selalu menang dan bukan kejahatan.

Janganlah keberanian ini di salah gunakan untuk berbuat diluar kewajaran sehingga menimbulkan orang lupa diri. Keberanian tanpa disertai dengan pikiran yang sehat dan baik dapat mengakibatkan kerugian atau kesulitan bagi orang lain maupun sendiri sendiri. Keberanian hendaknya selalu dilandasi oleh kebenaran dan dharma, oleh perbuatan yang luhur sesuai dengan ajaran agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar