1. Surupa
Surupa
adalah kemabukan (kegelapan pikiran) karena wajah cantik atau rupa yang
tampan. Kecantikan atau ketampanan yang
merupakan anugrah dari Tuhan, Kegantengan atau kecantikan seseorang kadang kala
menyebabkan yang bersangkutan menjadi angkuh, sombong dan tinggi hati.
Semestinya kegantengan atau kecantikan wajah dibarengi dengan perilaku yang
baik, budi yang luhur. Orang yang ganteng atau cantik, hendaknya dapat
mengendalikan diri dengan membuang jauh-jauh sikap dan perilaku yang tidak baik
disertai dengan keluhuran budi, bila tidak demikian tidak ada nilainya karena
semuanya itu tidaklah kekal. Hendaknya surupa ini tidak dibiarkan menjadi
penyebab dari kehancuran.
Perjalanan mahkluk lahir –
hidup – mati :
Tidak dipernolehkan mabuk rupa yang menjadikan manusia sombong, angkuh, lupa diri bahkan karena rupa digunakan untuk mengoda laki-laku hidung belang seperti yang banyak dilakukan oleh wanita tuna susila mengoda laki-laki dan menjual tubuhnya. Contoh yang dapat dijadikan teladan seperti dewi sita istri rama walaupun telah diculik oleh rahwana tetapi dewi sita tetap mempertahankan kesucianya walaupun sering sekali digoda rahwana di taman alengka, dewi sita tidak hanya cantik rupanya tetapi dia juga cantik hatinya.
Upaya menghindari agar tidak
mabuk rupa:
- Mensyukuri anugrah Tuhan
- Selalu menyadari bahwa kecantikan
tidak kekal (bila sudah tua badan akan keriput, bungkuk danrenta)
-
Selalu mengingat bahwa yang selalu
dihargai orang lain adalah kebaikan budi pekerti luhur.
2. Dhana
Dhana adalah kemabukan
(kegelapan pikiran) karena banyak mempunyai harta benda atau kekayaan. Kekayaan
dapat berwujud rumah, barang-barang, emas, motor, tanah, TV, uang, dll. Harta
dapat mewujudkan tujuan hidup “Moksartham jagadhita ya ca iti dharma”
(kesejahteraan jasmani dan rohani) harta merupakan sarana hidup untuk mencapai
Moksa dan tujuan hidup bukan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya
Kekayaan itu besar gunanya,
namun besar juga godaannya, karena pengaruh kekayaan orang sering menjadi lupa
diri dan mabuk dana, ciri-ciri orang mabuk dana yaitu sering mengunakan harta
untuk kepentingan sendiri, tidak pernah memberi sedekah (berdana punia),
menepuk dada, angkuh, sombong dan sering tidak mau menolong orang lain,
menghina orang lain, mengumbar hawa nafsu dan lupa diri.
Upaya pengunaan harta benda
yang baik agar kita terhindar dari mabuk dana:
karena itu pergunakanlah kekayaan itu untuk kepentingan yang sesuai dengan dharma, perilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama. Karena itu orang yang memiliki banyak harta benda seyogyanya dapat menjaga diri, tidak menepuk dada atau tidak sombong dengan harta bendanya.
3. Guna
Guna adalah kemabukan
(kegelapan pikiran) karena mempunyai kepintaran atau kepandaian. Orang yang
pandai juga kadang lupa diri, menganggap orang lain tidak tahu apa-apa. Orang
seperti ini cenderung angkuh dan kurang disukai oleh masyarakat selain itu
kepandaian dapat membahayakan menimbulkan kegelapan pikiran untuk melakukan
perbuatan yang terlarang seperti; menipu, memfitnah, memperalat orang, mengadu
domba dan sebagainya. Oleh karena kepandaian semestinya dibarengi dengan
perbuatan yang baik, budi pekerti yang luhur. Kepintaran semestinya diamalkan
dan dipergunakan untuk maksud tujuan baik, sehingga dapat membantu masyarakat
yang kurang mempunyai pengetahuan sehingga dapat meringankan seseorang dalam
menempuh segala macam suka dan duka kehidupan di dunia ini, karena itu
usahakanlah agar kepandaian yang dimiliki betul-betul merupakan pelita hati yang
menerangi kegelapan pikiran.
4. Yowana
Yohana adalah kemabukan
(kegelapan pikiran) karena masa remaja atau masa muda. Yowana ini dapat
menimbulkan kegelapan pikiran karena itu pergunakanlah masa muda ini dengan
sebaik-baiknya jangan disia-siakan. Anak muda remaja karena kurang pendidikan
dan pengalaman, sering kali lebih menyukai kebebasan dan hura-hura, sering kali
sok jagoan dan suka berkelahi. Masa-masa ini penuh dengan kegairahan hidup,
kesempatan untuk berbuat banyak terhadap apa yang sangat diharapkan dan masa
yang baik untuk mengembangkan diri menjadi manusia yang berguna bagi
masyarakat, bagi nusa dan bangsa serta agama oleh karena itu sebaikanya semasa
masih remaja, anak-anak itu diberi pendidikan agama yang memadai, diberi
pelajaran mengenai etika, bagaimana harus berperilaku di dalam masyarakat,
sebagaimana harus membawa diri dan lain-lain.
5. Kulina
Kulina yang artinya keturunan,
dari keturunan seseorang mengetahui leluhurnya yang harus dihormatinya.
Janganlah sampai takabur, sombong, angkuh dan menghina orang, apalagi
menganggap orang lain rendah dan bodoh jika memiliki keturunan yang terhormat
dan terpandang.
6. Sura
Sura adalah kemabukan
(kegelapan pikiran) karena minuman keras. Minuman keras merupakan musuh yang
sangat buruk. minuman keras bila diminum melebihi dari keperluan tubuh dapat
menyebabkan mabuk, sehingga dapat merusak syaraf dan pikiranpun menjadi tidak
waras sehingga dapat menimbulkan keonaran, perkelahian, lupa diri dan berbuat
yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Karena itu manusia beragama sebaiknya
waspada dan menjauhi minuman keras.
Minuman keras tergolong kedalam
jenis makanan "rajas guna" atau sifat nafsu. Bagi orang yang telah
mantap dalam kedudukan spiritual, minuman keras tersebut tidaklah cocok bagi
dirinya. Minuman keras betapapun kecil pengaruhnya, tetap memberi kemungkinan
untuk menyeret seseorang kedalam jaringan "mata rantai kejahatan"
inilah yang menjadi alasan orang-orang suci untuk menolak minuman keras.
Minuman keras dapat dianalogikan dengan wanita cantik. Seorang maha Pandita
yang melihat wanita cantik itu akan menganggap sebagai mayat berjalan.
Sedangkan bagi lelaki yang nafsunya besar akan menganggap wanita cantik itu
sebagai obyek pemuas nafsu. Sementara seekor anjing akan melihat dagingnya yang
lezat, Seperti itu pula kedudukan minuman keras, bagaikan wanita cantik,
tinggal kita menentukan sikap, mau memilih peran yang mana, sebagai pendeta,
lelaki yang bernafsu atau hanya menjadi seekor anjing. Untuk itu disarankan
waspadalah dan hindarilah serta jauhilah minuman-minuman keras supaya terhindar
dari segala kegelapan pikiran
Kita sering mendengar, membaca,
bahkan menyaksikan baik melalui media massa, cetak maupun elektronik, khususnya
televisi ditayangkan sebuah atraksi bulldozer yang sedang memusnahkan ribuan
bahkan jutaan botol minuman keras yang dipelopori oleh Polri bersama pihak
terkait lainnya. Sehingga menimbulkan berbagai tanggapan-tanggapan dari
berbagai kalangan khusnya dari kalangan Agama sangat bangga akan sikap tegar
Polri untuk memberantas peredaran minuman keras sampai keakar-akarnya. Karena
minuman keras dapat mengancam eksistensi bangsa kita, yang dalam jangka pendek
dapat menggoyahkan stabilitas keamanan dan dalam jangka panjang dapat mengancam
masa depan bangsa.
7. Kasuran
Kasuran adalah kemabukan
(kegelapan pikiran) karena merasa mempunyai keberanian. Setiap orang perlu
memiliki keberanian. Tanpa adanya keberanian
orang akan merasa menderita. Hidup ini adalah suatu perjuangan, oleh
karena itu keberanian itu sangat diperlukan. Keberanian di sini dipergunakan
untuk dapat mengatasi liku-liku kehidupan seperti: keberanian dalam mengatasi
penderitaan, beranian membela dan mempertahankan kebenaran dan lain sebagainya.
Hendaknya keberanian itu selalu dilandasi oleh dharma. Orang tidak layak mabuk
karena keberanian, sebab keberanian hanya karena berani saja tanpa dilandasi
adanya kebenaran adalah keliru dan dipandang salah. Keberanian adalah untuk
membela yang benar sesuai dengan ucapan “Satyam Ewam Jayate Nartam’ artinya,
kebenaran adalah selalu menang dan bukan kejahatan.
Janganlah keberanian ini di
salah gunakan untuk berbuat diluar kewajaran sehingga menimbulkan orang lupa
diri. Keberanian tanpa disertai dengan pikiran yang sehat dan baik dapat
mengakibatkan kerugian atau kesulitan bagi orang lain maupun sendiri sendiri.
Keberanian hendaknya selalu dilandasi oleh kebenaran dan dharma, oleh perbuatan
yang luhur sesuai dengan ajaran agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar