Sabtu, 18 September 2021

PENGGUNAAN UPAKARA

Semua tetandingan upakara atau banten, dapat dipergunakan sebagai sarana persembahan atau aturan untuk memohon keselamatan dan Nyomya Bhuta kala-Bhuta kali sesuai dengan jenisnya masing-masing. Selain itu upakara yang kecil-kecil dapat dipakai untuk melengkapi banten-banten yang lainnya.


Jenis upakara yadnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Nitya Karma, yaitu yadnya yang dihaturkan pada setiap harinya, setelah selesai memasak dan sebelum makan, mempergunakan banten jotan, saiban atau yadnya sesa, tempatnya di dapur dan di palemahan pekarangan.
Upakara di Parhyangan dapat berupa canang dan soda, disesuaikan dengan kebiasaan setempat sesuai kemampuan, maksud dan tujuannya
2. Naimitika Karma, yaitu yadnya yang dihaturkan secara berkala seperti :
‡ 5 hari sekali pada Hari Keliwon
Sarana upakaranya : segehan putih kuning. Pada parhyangan berupa canang genten, canang pabersihan dan wangi-wangian atau ditambahi lagi dengan kebiasaan setempat dilanjutkan dengan sembahyang.
‡ 15 hari sekali pada Hari Kajeng Keliwon
Sarana upakaranya : segehan kajeng keliwon. Pada parhyangan, pada dasarnya sama dengan pada hari Keliwon dilengkapi lagi dengan banten Tipat di Pelinggih Penunggun Karang dan di Taksu bila ada.
‡ Pada Hari Purnama dan Tilem
Pada Parhyangan berupa canang pabesihan, canang burat wangi lenga wangi, wangi-wangian dapat lagi dilengkapi dengan kebiasaan yang dilakukan.
Pada suatu tempat bagi umat yang belum mempunyai Pelinggih permanen atau masih turus lumbung (semi permanen) ada yang membiasakan mengganti Pelinggih berupa Daksina, pada setiap Purnama biasanya diganti. Untuk penggantian ini dilengkapi dengan banten Pejati yaitu terdiri dari : Daksina Pelingih (dihias), Peras, Penyeneng, Soda, Tipat Kelanan, dan sebuah segehan cacahan. Setelah selesai, daksina yang diganti disurud atau diturunkan dan Daksina Pelinggih yang baru disthanakan. Dilanjutkan dengan sembahyang.
‡ Pada hari Anggara Kasih (Keliwon), Buda Wage (Cemeng), Buda Keliwon dan hari-hari suci lainnya
Hampir semuanya dipergunakan untuk memohon penyucian diri, sarana upakaranya di Parhyangan memakai canang pabersihan, canang genten, canang lenga wangi burat wangi dan wangi-wangian, dilengkapi lagi dengan kebiasaan setempat sesuai dengan kemampuan, maksud dan tujuannya, sedngkan untuk segehannya, menyesuaikan dengan Keliwon atau Kajeng Keliwon.
‡ Upakara peringatan hari lahir (oton) bagi anak yang belum tanggal gigi
Sarana upakaranya,
⁂ Prayascita;
⁂ Banten tatabannya terdiri dari :
 Dapetan, Peras, Penyeneng, Soda, ditambah satu jenis sasayut (dapetan Tumpeng 5 buah)
 Dapetan Tumpeng 7 buah, terdiri dari :
Dapetan, Peras, Penyeneng, Pengambyan, Soda, Tipat Kelanan, ditambah dengan beberapa jenis sasayut.
⁂ 2 buah soda atau canang
Satu tanding dihaturkan di Sanggah Kemulan dihadapan Bhatara Hyang Guru dan satu tanding lagi kehadapan Hyang Dumadi, fungsinya sebagai hatur piuning atau permakluman.
‡ Upakara peringatan hari lahir (oton) bagi anak yang telah tanggal gigi
Sarana upakaranya,
⁂ Byakala
⁂ Banten tataban
 Dapetan, Peras, Penyeneng, Soda, ditambah satu jenis sasayut (dapetan Tumpeng 5 buah)
 Dapetan Tumpeng 7 buah, terdiri dari :
Dapetan, Peras, Penyeneng, Pengambyan, Soda, Tipat Kelanan, ditambah dengan beberapa jenis sasayut, masing-masing dilengkapi dengan jenis sasayut sesuai kemampuan, maksud dan tujuan dan tebasan disesuaikan dengan kemampuan, maksud, dan tujuan.
⁂ 2 buah soda atau canang
Pengaturannya sama seperti di atas.
‡ Upakara Tawur Ka Sanga
Upakara Bhuta Yadnya berupa tawur ka sanga dalam menyongsong Tahun Baru Saka yang dihaturkan pada hari Tilem ke sanga juga dikenal dengan hari Pengerupukan yaitu sehari sebelum Nyepi (Tahun Baru Caka) bagi tiap-tiap rumah tangga, adalah sebagai berikut :
⁂ Di Parhyangan : banten canang atau soda seadanya atau yang lebih besar berupa Banten Pejati sebagai hatur Piuning permakluman (perumahan) di halaman bawah segehan cacahan.
⁂ Di Lebuh : letaknya di sebelah kanan pintu keluar pekarangan rumah, upakaranya terdiri dari :
 Segehan nasi sasah 108 tanding ditujukan pada Sang Bhuta Kala dan Sang Kala Bala.
 Segehan nasi sasah panca warna sebanyak 9 tanding diletakkan pada semua arah mata angin, ditujukan pada Sang Bhuta Raja.
 Segehan agung memakai alas nyiru berisi 11 tangkih nasi mengarah 9 penjuru mata angin dan untuk alam tengah dan atas dengan perlengkapannya, ditujukan pada Sang Bhuta Kala Raja.
 Selesi menghaturkan segehan, segenap anggota keluarga dengan peralatan dapur bertempat di Natah Pekarangan maprayascita dan bagi anak yang belum tanggal gigi, bagi anak yang sudah tanggal gigi mabyakala. Untuk perlengkapan upakara lain, disesuaikan dengan petunjuk setempat.
Untuk pelaksanaan upacara pengerupukan ini baiknya dilaksanakan pada hari Sandi Kala.
‡ Upakara Piodalan Alit, terdiri dari :
⁂ Upakara Pasaksi di Sanggah Surya, terdiri dari daksina, peras, ajuman/soda, pabersihan, dan canang burat wangi lenga wangi.

⁂ Upakara di Pelinggih Utama, terdiri daksina, peras, soda, pabersihan, canang burat wangi lenga wangi, dan sasayut mertha dewa.
⁂ Upakara pada Pelinggih yang lainnya terdiri dari canang burat wangi, lenga wangi dan pabersihan.
⁂ Upakara Ayaban Ida Bhatara terdiri dari daksina, peras, penyeneng, pengambyan, pabersihan, sesayut sida karya, sesayut sida purna, rantasan, cecepan, penastan dan tabuh-tabuhan.
⁂ Upakara di Halaman Tempat Suci, berupa : segehan cacahan panca warna atau segehan agung.

Sumber : Buku Perwujudan Upakara untuk Upacara Agama Hindu oleh Dra. Ni Made Sri Arwati, 2005.hal. 24-27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar