Selasa, 21 September 2021

RINGKASAN MATERI BAB 1 ATMAN (PERTEMUAN 4)

 KD  :   Menguraikan sifat-sifat Atman yang tertuang Bhagawadgita                                                

 

         IPK :  4.1.1 Menguraikan sift-sifat Atman yang tertuang dalam Bhagawadgita

                     4.1.2 Mampu mengumpulan sloka-sloka yang terkait dengan sifat-sifat Atman

                     4.1.3 Mampu menganalisa sloka-sloka yang terkait Atman dalam Agama Hindu

                   

      RINGKASAN  MATERI ATMAN

 

MAMPU  MENGURAIKAN SIFAT-SIFAT ATMAN YANG TERTUANG DALAM BHAGAWADGITA

Berikut ini penjelasan tentang ātmān yang dijelaskan dalam berbagai kitab Veda  diantaranya pustaka suci Bhagavad-gītā sebagai berikut:

dehino’smin yathā dehe

kaumāram yauvanam jarā,

tathā dehāntara-prāptir

dhīras tatra na muhyati

Bhagavad-gītā II.13

Terjemahan:

Sebagaimana halnya sang roh itu ada pada masa kecil, masa muda dan masa tua, demikian juga dengan diperolehnya badan baru, orang bijaksana tak akan tergoyahkan.

Mahkluk manusia menjadikan dirinya layak untuk mendapatkan keabadian dengan melewati serangkaian kelahiran dan kematian berulangkali perubahan badan jasmani bukan berarti terjadinya perubahan pada roh. Tak satu penjelmaanpun yang tetap tinggal abadi.

mātrā-sparśas tu kaunteya

śītosna-sukha-duhkha-dāh,

āgamāpāyino’nityas

tāms titiksasva bhārata

Bhagavad-gītā II.14

Terjemahan:

Sesungguhnya, hubungannya dengan benda-benda jasmaniah, wahai Arjuna, menimbulkan panas dan dingin, senang dan duka, yang datang dan pergi, tidak kekal, terimalah hal itu dengan sabar, wahai Arjuna.

Mantra (materi) sebagai unsur suara, sentuhan, warna, rasa, dan bau merupakan panca mahabhuta yaitu tanah (prthivi), air (apah), api(teja), angin (vayu) dan eter (akasa)

āyate mriyate vā kadācin

nāyam bhūtvā bhavitā vā na bhūyah

ajo nityah śāśvato’yam purāno

na hanyate hanyamāne śarīre

Bhagavad-gītā II.20

Terjemahan:

Ini tak pernah lahir, juga tak pernah mati atau setelah ada tak akan berhenti ada. Ia tak dilahirkan, kekal, abadi, sejak dahulu ada; dan Dia tidak mati pada saat badan jasmani ini mati.

nainam chindanti śastrāni

nainam dahati pāvakah,

na cainam kledayanty āpo

na śosayati mārutah

Bhagavad-gītā II.23

Terjemahan:

Senjata tak dapat melukai-Nya, dan api tak dapat membakar-Nya, angin tak dapat mengeringkan-Nya dan air tak dapat membasahi-Nya.

acchedyo’yam adāhyo’yam

akledyo’śosya eva ca,

nityah sarva-gatah sthānur

acalo’yam sanātanah.

Bhagavad-gītā II.24

Terjemahan:

Sesungguhnya dia tak dapat dilukai, dibakar dan juga tak dapat dikeringkan dan dibasahi; Dia kekal, meliputi segalanya, tak berubah, tak bergerak, dan abadi selamanya.

avyakto’yam acintyo’yam

avikāryo’yam ucyate,

tasmād evam viditvainam

nānuśocitum arhasi

Bhagavad-gītā II.25

Terjemahan:

Dia tak dapat diwujudkan dengan kata-kata tak dapat dipikirkan dan dinyatakan, tak berubah-ubah; karena itu sebagaimana halnya engkau tak perlu berduka.

sarva-bhūta-sthitam yo mām

bhajaty ekatvam āsthitah,

sarvathā vartamāno’pi

sa yogī mayi vartate

Bhagavad-gītā VI.31

Terjemahan:

Dia yang memuja Aku yang bersemayam pada semua insan, dengan tujuan manunggal, yogi yang demikian itu dapat tinggal dalam diri-Ku, walau bagaimanapun cara hidupnya.

ātmaupamyena sarvatra

samam paśyati yo’rjuna,

sukham vā yadi vā duhkham

sa yogī paramo matah

Bhagavad-gītā VI.32

Terjemahan:

Yogi yang dianggap tertinggi adalah yang melihat di mana-mana sama ātman itu sebagai ātman-nya sendiri, wahai Arjuna, baik dalam suka maupun dalam duka.

 

aksaram brahma paramam

svabhāvo`dhyātmam ucyate

bhūta-bhāvodbhava-karo

visargah karma-samjñitah

Bhagavad-gītā VIII.3

Terjemahan:

Yang kekal abdi maha agung adalah Brahman; persemayan-Nya dalam badan individu dinamakan adhyatman; karma adalah nama yang diberikan kepada persembahan yang melahirkan makhluk hidup di dunia

Selain pustaka suci Bhagavad-gītā yang menjelaskan ātmān, penjelasan terkait ātmān juga dijelaskan dalam beberapa kitab suci Weda diantaranya yaitu:

ekorasasamutpanna ekanaksatrakanwittah,

na bhawanti samacara yatha badarakantakah

Slokantara 27-53

Terjemahan:

Lahir dari perut ibu yang sama dan di waktu yang sama, tetapi kelakuannya tidak akan sama. Manusia yang satu berlainan dengan manusia yang lainnya, sebagai berbedanya duri belatung yang satu dengan yang lainnya.

 Sariram brahmapravisat sarire adhiprajapatih

 Athanvaweda XI.8.30

 

Terjemahan:

Tuhan memasuki tubuh manusia dan disana Dia menjadi Raja tubuh itu.

kadi rupa sang hyang aditya an prakasakan iking sarwa

loka mangkana ta sang hyang atma an prakasakan iking

sira marganyam wenang maprawartti

Bhisma Parwa

Terjemahan:

Sebagai rupanya Sang Hyang Aditya menerangi dunia, demikianlah ātman menerangi badan. Dialah yang menyebabkan kita dapat berbuat.

Satyasya satyam

Brhadaranynaka Upanisad II.1.20

Terjemahannya:

Ātman adalah kebenaran dari kebenaran.

 “Atmana esa prano jayate

Yatha isa puruse

Chayaitasminnta atatam

Mano krtena yatyasmin sarire”

Prasna Upanisad III. 3.

 

Terjemahan:

“Prana ini dilahirkan dari ātmān, ibarat bayang-bayang mengikuti badan, demikian Prana terikan pada ātmān, ia memasuki (menghidupi) tubuh sesuai dengan pikirannya, baik atau buruk perbuatannya”

 “Dva suparna sayujya sakhaya

Samanam vrksam parisasvajate

Tayor anyah pippalam svadv

atty anasnann anyo’ bhicakasiti”.

Manduka Upanisad III.1.

Terjemahan:

“Ada dua ekor burung yang selalu berkeadaan menjadi satu, yang dijuluki dengan satu nama sama, tinggal di sebuah pohon. Salah satu dari kedua burung itu menghayati kenikmatan dalam memakan buah dari pohon itu, sedang satunya lagi mengawasinya sebagai Sang Saksi”

Syair di atas mengandung sebuah pengertian, dimana burung yang sedang memakan buah digambarkan sebagai atman, sedangkan burung yang satu lagi digambarkan sebagai Brahman bertugas mengawasi ātmān.Tattwamasi

Chandogya Upanisad V.8.7

Terjemahan:

 “Dia adalah engkau, engkau adalah mereka juga, aku engkau dan mereka juga, aku engkau dan mereka adalah juga sama, yakni sama-sama berasal dari Brahman dan hakikatnya akan kembali kepada Brahman”.

eko devah sarva bhutesu gudhah sarva vyapi

sarva bhutaratma karma dhayaksah sarva bhutadiwasah,

saksi ceto kevalonirgnasca

Weda Parikrama

Terjemahan:

Satu zat yang bersembunyi dalam setiap makhluk yang mengisi semuanya yang merupakan jiwa batin semua makhluk raja dari semua perbuatan yang tinggal dalam semua makhluk saksi yang hanya terdapat dalam pikiran saya.

Yasmin sarwani bhutany

Atmaiwabhud wijanatah

Tatro ko mohah kah soka

Ekatwam anupasyatah

         (Isa Upanisad-7)

Terjemahan:

Ia yang mengetahui ātmān ada dalam semua insan tidak akan ragu-ragu, satu zat yang tersembunyi dalam setiap mahluk yang menghidupkan semuanya dan merupakan jiwa dari semua serta saksi dari semua perbuatannya.

Kutipan sloka di atas menjelaksan bahwa setiap makhluk hidup diresapi oleh zat yang disebut ātmān. Karena dalam diri makhluk hidup terdapat ātmān, semua kegiatan yang dilakukan, ātmān menjadi saksinya. Jivatman adalah ātmān yang telah masuk kedalam tubuh (wadah), memberikan kekuatan dan hidup. Dan apabila mati ātmān akan keluar daru tubuh (wadah) dan disebut Roh.

Ātmān merupakan bagian dari Sang Hyang Widhi. Bila Tuhan diibaratkan lautan maka ātmān hanyalah setitik uap embun dari uap airnya. Bila Tuhan diibaratkan matahari maka ātmān itu merupakan percikan terkecil dari sinarnya. Demikianlah Tuhan asal ātmān sehingga Ia diberi gelar Paramatman yaitu ātmān tertinggi. ātmān berasal dari Tuhan maka pada akhirnya ātmān kembali kepadanya. Seperti halnya setitik uap air laut yang kembali kelaut saat hujan turun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar