kd : 3.1 memahami sifat-ssifat Atman yang tertuang dalam kitab suci bhagawadgita
IPK
: 3.1.1 Mampu memahami
hubungan antara Atman dan Brahman
3.1.2 Mampu menghayati Atman sebagai sumber hidup
mahluk
3.1.3 Menyampaikan fungsi Atman dalam diri manusia
RINGKASAN MATERI
aTMAN
A. hubungan ātmān dengan Brahman
Hubungan antara ātmān dan Brahman adalah ātmān merupakan bagian dari Brahman dimana Persamaan ātmān dengan Brahman sifatnya sama
kekal abadi, abstrak dan gaib antara keduanya. Sedangkan perbedaannya ātmān dengan Brahman yaitu ātmān merupakan percikan dari Brahman, dan Brahman adalah sumber dari ātmān,
ātmān mempunyai
sifat sama dengan Brahman. Sifat-sifat itu adalah sama-sama berada di
mana– mana, tanpa terikat ruang dan waktu, maha mengetahui, tidak berbuat dan
tidak menikmati. Ātmān meresapi
seluruh makhluk hidup. Namun, ātmān dalam diri
manusia terkesan tidak memiliki sifat sama dengan Brahman karena
terpengaruh oleh avidya atau kebodohan. Ātmān itu kekal
dan penuh kebahagiaan. Karena adanya hubungan dengan benda, ātmān itu
mengalami penderitaan dan kelahiran berulang–ulang. Selama ātmān terbelenggu
sifat keduniawian, ātmān akan
tersesat dalam samsara, mengembara dari satu kelahiran ke kelahiran yang
lainnya.
ātmān yang
terbelenggu oleh badan, indria, ahamkara, manas, buddhi dan
citta sehingga tidak dapat memancarkan sinarnya yang asli dan terang.
Sifat sifat ātmān sesungguhnya
identik dengan Brahman. Manusia yang maju pada kehidupan spiritualnya
akan mudah merealisasikan ātmān dalam
dirinya melalui cinta kasih sejati (prema) bersemi, tumbuh dan
berkembang memengaruhi lingkungannya semua makhluk adalah satu keluarga, saling
bersaudara (vasudhaiva kutumbakam) Ātmān yang
terdapat dalam diri manusia sesungguhnya memiliki sifat sama dengan Brahman.
Persamaan antara Sang Hyang Widhi dan
ātmān dijelaskan
melalui kalimat berikut “Brahman Ātmān Aikyam” artinya Brahman dan ātmān itu adalah
tunggal sebab ātmān merupakan
bagian dari Tuhan. Seperti halnya Tuhan memiliki sifat–sifat khusus, ātmān juga
mempunyai sifat–sifat tertuang dalam pustaka suci bhagavad-gītā.
ātmān tidak terhitung jumlahnya, tidak
terlahirkan dan juga tidak akan pernah mati. ātmān bersifat kekal abadi. ātmān yang ada dalam makluk yang satu sama
dengan ātmān yang ada dalam makluk lainya. Didalam
Hindu kita mengenal ajaran tat tvam asi
artinya engkau adalah aku, aku adalah engkau, kita semua sejatinya sama.
Manusia hendaknya mempunyai rasa tenggang rasa terhadap sesama, menyayangi
binatang dan tidak menyakitinya serta juga menjaga serta melestarikan
lingkungan.
Dewasa ini ātmān banyak terjadi kejadian asusila,
seperti seorang ayah tega membunuh istrinya sendiri, mutilasi, pemerkosaan, dan
tindakan kriminal lainnya. mereka tidak menyadari atas apa yang dilakukanya
sesama manusia saling menyakiti dan sampai membunuh, yang seharusnya saling
menghormati dan menghargai. Dengan me ātmān nyadari bahwa manusia sesungguhnya
adalah Tuhan (jivatman) yang mempunyai akal dan pikiran sejatinya adalah sama,
maka jangan sampai melakukan perbuatan asusila yang dilarang oleh Sang Hyang Widhi.
B.
ātmān sebagai sumber hidup mahkluk
Dalam
agama Hindu Ātmān yang
terdapat pada setiap makhluk hidup bersumber dari Sang Hyang Widhi. Sang Hyang Widhi adalah pencipta, pemelihara dan
pengembali seluruh isi alam semesta. Sang Hyang
Widhi meresap dan ada dimana-mana dan tidak berubah-ubah disebut Wyapi
Wiyapaka Nirwikara. Karena Sang Hyang
Widhi ada dimana-mana, Beliau mampu menghidupi seluruh makhluk hidup yang
ada di alam semesta. Ātmān adalah
sumber hidup dari segala makhluk hidup. Ātmān juga
diartikan sebagai percikan-percikan terkecil dari parama ātmān. Ātmān juga
diartikan sebagai sinar suci dari Brahman (Sang Hyang Widhi). Ātmān yang telah
masuk ke dalam tubuh dan menghidupkan badan manusia disebut jiwātmān, ātmān yang
menghidupi hewan/binatang disebut Janggama, sedangkan yang menghidupi
tumbuhan disebut Sthawana. Apabila seseorang meninggal, maka Ātmān-nya akan
keluar dari tubuhnya. Banyak orang mengatakan bahwa ātmān sama dengan
Roh, namun sesungguhnya Roh berbeda dengan ātmān. Roh
adalah badan astral atau badan halus yang membungkus jiwatman yang
telah meninggal. Roh inilah yang akan dilahirkan kembali dengan segala karma
wasana-nya. Ātmān yang telah
memasuki badan manusia akan terpengaruh sifat-sifat keduniawian. Ātmān yang
terpengaruh sifat keduniawian menjadi bodoh atau tidak mengetahui dirinya.
Karena ātmān telah
terbelenggu oleh badan manusia, ātmān menjadi avidya.
Perpaduan
ātmān dengan badan
(raga) disebut jiwaraga atau namarupa, nama adalah jiwa dan rupa adalah raga
Taittiriya Upanisad II.2,
menjelaskan adanya lima macam selubung Panca Kosa yang membelenggu ātmān, yaitu:
a. Annamaya Atma, ātmān tergantung pada tubuh yang terbuat
dari sari-sari makanan berasal dari bumi;
b.
Pranamaya Atma, ātmān terbelenggu oleh prana atau nafas
atau energy dalam tubuh’
c.
Manomaya Atma, ātmān terbelenggu oleh manas atau pikian;
d.
Vijnanamaya Atma, ātmān terbelenggu oleh kesadaran dan;
e.
Anandamaya Atma, ātmān terbelenggu oleh kebahagiaan.
C.
fungsi ātmān dalam diri
manusia
Ātmān yang
meresap dalam mahkluk bersumber dari Brahman, sifat-sifat ātmān menunjukkan
ātmān dan Brahman
sama-sama kekal. Namun, ātmān meresapi
makhluk hidup dan terpengaruh avidya sehingga terlihat seperti tidak
kekal. Dalam
hubungannya dengan maya, ātmān itu seolah-olah terkurung atau
terbelenggu. Sehingga ātmān memiliki tiga fungsi, yaitu :
a) Sumber hidup citta dan sthula
sariranya makluk. Citta adalah alam pikiran, meliputi pikiran atau akal,
perasaan kemauan inderanya dan instuisi. Sedangkan sthula sarira adalah badan
wadah seperti darah, daging, tulang, lender, otot, sumsum, otak, dan
sebagainya.
b) Bertanggung jawab atas baik buruk atau
amal dosa dari segala karmawasananya makluk yang bersangkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar